Selasa, 22 Maret 2011 @ 18.43.00  0 stares
setiap orang pasti ingin jadi yang nomor satu. nggak terkecuali aku. setiap orang tua pasti ingin jadi orang tua nomor satu dan menjadikan anaknya nomor satu. nggak terkesuali orang tuaku. banyak cara yang mereka lakukan kepadaku.

mulai dari memanjakan anak mereka, memenuhi apa yang anak mereka inginkan, mengajarinya berbagai macam pengetahuan yang belum pernah diketahui anak mereka, hingga mungkin mengajarkan ilmu dengan keras kepada anak mereka.

aku terbiasa dididik untuk selalu dijadikan nomor satu oleh orangtuaku. sekolah dasarkupun adalah sekolah nomor satu yang ada dikotaku, begitu pula sekolah menengah pertamaku. sekolah nomor satu di kotaku yang menjadi favorit dan selalu menjadi yang nomor satu. aku bangga. bangga dengan nomor satu yang selalu melekat dalam diriku. aku bangga. :)

saat pendaftaran sekolah menengah atas, aku mencoba untuk tetap menjadi yang nomor satu. namun sebenarnya aku ingin mendaftar di sekolah lain yang lebih menarik perhatianku karena lahannya. yang tidak ada di sekolah nomor satu yang kuinginkan tersebut.

setelah kupenuhi persyaratanku, tidak ada yang kuragukan lagi. namun, setelah hari ketiga dari hari pendafataran pertama, aku dinyatakan tidak lolos untuk masuk ke dalam sekolah nomor satu. agak kecewa sih, namun akhirnya aku memilih sekolah yang sudah menarik perhatianku sejak awal aku ada di kota ini. 

setelah delapan bulan aku masuk di sekolah (bukan) nomor satu ini, aku merasa nyaman dengan lingkungannya. semua siswa saling menerima apa adanya. ngga ada yang saling memamerkan kekayaan. nggak ada yang saling membanggakan perkejaan dan harta yang dimiliki. semuanya akur.

awalnya memang aku kaget dengan keadaan ini. jauh dari sekolah nomor satuku dulu yang mengartikan bahwa semua yang ada disana adalah nomor satu. tapi disini, semua disini saling mengisi.

sore tadi, sepulang dari les, aku jalan berdua di tengah rintik hujan sama temanku. kami membicarakan hal yang selalu mengganggu kami dari awal sejak kami masuk sekolah (bukan) nomor satu. banyak siswa dari sekolah lain menganggap kami dan sekolah kami merupakan hal rendah yang patut mereka perolok dan rendahkan. seolah mereka lebih baik daripada kami yang hanya selisih 2 angka di balik nama sekolah kami. 

ya, mereka siswa sekolah nomor satu sedangkan kami siswa sekolah nomor tiga. 

nggak cuma para siswa yang seolah menginjak kami. gurupun juga. guru di tempat kami les juga mengatakan hal serupa. walau nggak secara langsung. namun itu membuat kami tersenyum getir saat mereka melontarkan gurauan yang menyakitkan. 

aku masih ingat satu hal yang dikatakan temanku. "ternyata gini rasanya menjadi orang lain setelah lama menjadi orang nomor satu" ucapnya kecewa. aku hanya tersenyum getir mendengarnya. ya, kami sejak dulu memang terbiasa dari hal yang menjadikan kami nomor satu. 

kesimpulannya : kenapa kita selalu terobsesi dengan nomor satu padahal dengan nomor yang lain kita bisa menjadi lebih berarti? karena setiap orang yakin dengan menjadi nomor satu kita bisa menjadi pusat perhatian. padahal dengan menjadi orang nomor dua tiga atau empat kita tetap bisa merubah dunia. :)

my mission : walau aku ada di nomor tiga, aku akan berusaha merubah dunia dari bawah :)

kunjungi blog lain saya di cuap cuapku dan kunjungi toko online saya di my online shop :)

Label: , , ,