Kamis, 22 Oktober 2015 @ 09.08.00  0 stares
Untuk 2-3 minggu terakhir ini mungkin saya terlihat sangat lebay, alay dan terlalu sok mamerin dia.
Entah, hanya saja saya selalu merasa kisah kami 'biasa saja'.


siklus pertemuan 3-6 bulan sekali yg selalu dinanti hanya untuk 4-6 kali pertemuan setiap pulang. Siklus yg selalu memutarbalikkan perasaan senang-sedih-kangen-marah menjadi satu saat jarak sudah terbentang dari lipatannya. kami memang tidak seperti pasangan lain yg selalu bisa beromantis-ria dengan jalan-jalan berdua setiap weekend, nonton berdua lalu checkin di sosmed, memasang nama masing-masing di status BM atau sekedar foto di spot-spot kekinian.
kami hanya pasangan yang entah mengapa tidak pernah bosan selama 4 tahun lebih. Yang hanya saling mendoakan setiap keinginan, menyarankan setiap perbuatan dan menyalahkan setiap keangkuhan serta keegoisan. Kami tak lebih dari pasangan yang setiap satu bulan selalu memiliki jeda untuk saling mendiamkan pasangan untuk saling mengerti.

Kami, tak lebih dari pasangan 'biasa' yang selalu berdoa dan berusaha untuk melipat jarak.


Selasa, 20 Oktober 2015 @ 10.30.00  1 stares
tidak ada yang lebih membanggakan dan menyenangkan selain mengulang memori 15 hari kemarin. tentu saja bagi pejuang jarak sepertiku. 
sudah lebih dari empat tahun aku menjadi pejuang jarak alias distancer. menanti setiap 3-6 bulan untuk bertemu dengannya selama 10-15 hari. lelah? sedikit. bahagia? pasti.

entah ada angin apa, hari ini rasanya aku ingin menumpahkan semua uneg-uneg yang selalu membuatku sebal. terlebih lagi kepada pelaku LDR yang lebaynya gak ketulungan. kenapa? oke, yang pertama jarak mereka hanya beda provinsi. solo-jogja. solo-malang. okelah untuk yang solo-malang aku maklumin karena jaraknya lumayan jauh. tapi untuk yg solo-jogja, beuh ndak habis pikir aku. di jarak yang hanya ditempuh 2jam saja galaunya ndak ketulungan. mengeluh dan memohon di sosial media kepada Tuhan untuk segera dipersatukan. seolah merekalah pasangan yang sangat menderita dan terlalu miris untuk melakukan LDR.

oke, mungkin aku terdengar kasar.
yang kedua, mereka (2 pasangan LDR) selalu upload foto-foto berduaan saat masing-masing sudah saling bertemu dan tidak terpisah jarak lagi. senang sih bisa tahu mereka bahagia saat jarak mempertemukan mereka, namun aku juga sebal dengan pose yang mereka pamerkan di setiap foto yang mungkin malah terlihat alay.
am i jealeous? maybe yes. karena aku dan dia tidak memiliki banyak foto yang berpose alay.

sebenarnya aku cemburu juga kepada mereka. bisa bebas upload foto-foto berdua dan selalu update status yang kesannya menyemangati kekasih yang jauh disana setiap hari. aku tidak bisa begitu. kenapa? 
karena kisahku tidak untuk diumbar seperti mereka. aku tidak bisa sembarangan pasang foto kami berdua. aku hanya takut apabila terlalu diumbar, kisah kami tidak bisa happy ending.

namun disini aku ingin memamerkan sedikit kisah atau lebih tepatnya alasan kenapa aku begitu ingin memperjuangkan hubungan ini.

1. dia orang yang sangat egois
dia selalu membuatku sebal dan mati kutu saat pekerjaannya sudah mulai mengajaknya bermesraan. tidak ada waktu yang bisa aku harapkan darinya barang untuk mendengar suaranya via telepon. yap i know, dia seperti itu juga untuk memperjuangkan masa depannya, dan mungkin masa depan kami (aamiin). jadi, sebagai pihak perempuan juga aku harus bisa menerapkan perkataannya untuk tidak menjadi cengeng dan belajar menjadi perempuan dewasa. dalam artian tidak selalu mengeluhkan jarak, waktu dan mandiri,
okelah kalau untuk kerjaan aku maklum. tapi untuk game? yah sebel juga sih, tapi mau gimana lagi kalau jarak sudah berada dipihaknya dan menyerangku untuk tidak mengganggunya bermain game.

2. dia tidak jijik
emm begini, apa kalian pernah disuapi oleh kekasih kalian? tentu. dengan sendok yang sama? tidak. kalau iya mungkin kalian atau kekasih kalian hanya menggigitnya dari ujung sendok. nah, itu jijik yang aku maksud. baru kali ini aku sangat kagum dengannya. 
suatu ketika dia memberiku semangka, iya yang banyak bijinya kecil-kecil. dan aku tidak terlalu suka untuk menelan biji semangka. aku mengumpulkannya di telapak tanganku. mungkin saking terganggunya aku dengan biji semangka itu, dia menyodorkan telapak tangannya dan mengisyaratkan untuk membuang biji semangka di tanganku ke tangannya. aku melakukannya. lalu melanjutkan kembali memakan semangka dan tangannya sudah sedia di dekat mulutku alih-alih memberi tempat untukku membuang biji semangka itu tanpa rasa jijik terkena air liur yang menempel di biji semangka. disaat itulah aku kaget, karena baru kali ini ada orang yang mau melakukan hal seperti itu selain orang tuaku.

3. dia menggemaskan
ada semacam ritual setiap dia kembali dari pulau seberang. selesai aku menjemputnya dan mengantarnya ke rumah, dia selalu menahanku untuk tidak langsung pulang dengan merebahkan badannya dan meletakkan kepalanya dipangkuanku. dengan begitu aku juga bisa melihat wajah letihnya dan mendengarkan ceritanya selama perjalanan.
dan yang paling aku suka adalah saat dia sudah mulai lelah bercerita lalu akhirnya tertidur. akupun hanya bisa mengusap kening hingga rambutnya sambil mendengar dengkurannya yang pelan. bagiku itu sangat menenangkan dan bikin kangen. bagian akhirnya saat dia dipangkuan dan yang paling aku suka adalah saat dia tiba-tiba membenamkan mukanya diperutku yang alhasil membuat perut kecil ini kegelian.



mungkin 3 alasan dulu yang aku pamerkan hari ini, entah kapanlagi aku akan memamerkan yang lain. empat tahun dengannya memang tidak singkat. dan semoga akan menjadi akhir yang bahagia.
Minggu, 11 Oktober 2015 @ 10.44.00  0 stares
Well mungkin ini terbaca aneh, tapi masa bodoh saja karena aku ingin menyimpannya disini..


10 oktober 2015

dimulai denganku yg langsung meluncur ke rumahmu, menagih janjimu yg katanya mau ajak sarapan. Diperjalanan selalu dipusingkan dengan pertanyaan, 'mau makan dimana? Makan apa?' Itu yg kau tanyakan padaku, seperti 4 tahun lalu. aku hanya menjawab, 'mau ke samping univet? Tempat kita sarapan pertama kali?' Diiringi tawa kita berdua. Ya, tempat kenangan kita berdua karena setelah sarapan 'grogi' itu, perut kita sakit seharian. Aku masih mengingatnya jelas.
Selesai sarapan kembali lagi ke rumahmu. Harusnya aku juga pamit kembali ke rumahku, tapi rasanya aku tidak ingin pergi bila kamu tak ikut denganku. Aku menundanya satu jam lebih agar bisa lebih lama denganmu. Dan tepat saja pilihanku, karena aku bisa mencubit pipimu, menggencet hidungmu, menggelitik pinggangmu, hanya demi mendengar tawamu. Itu yang aku inginkan. aku senang sekaligus sedih, karena harus segera kuakhiri pertemuan singkat kita.


Sudah hampir pukul 16 dan tidak ada kabarmu yang katanya mau ke kota sebelah, melunasi janji 3 bulan lalu yang tertunda. dengan pesan aingkat darimu bahwa aku harus menjemputmu, meluncurlah ke rumahmu lagi.
Perjalanan satu jam lebih, menaiki bukit yang lumayan curam. Akhirnya, kita sampai disana dan kau melunasi janjimu 3 bulan lalu. walau hanya setengah jam kurang disitu, setidaknya aku bahagia karena melewati senja di lapangan paralayang bersamamu sore itu.


Hari sudah gelap, kembali ke parkiran motor dan kau terlihat panik mendapati kunci motor tidak ada di kantongmu. Mengangkat jok motor ke atas demi menarik jaketmua dari dalam jok dengan asumsi kunci tertinggal di dalam jaket, tapi nihil. Kita sama2 panik. Hari sudah gelap dan kita belum bisa pulang. Lalu seorang lelaki menghampiri kita dan menyerahkan benda kecil yg membuat kita panik. 'Tertinggal di jok' katanya. Aku hanya bisa gemas dan mencubit pipinya.
sisa perjalanan pulang, kita menghabiskan waktu dengan bernostalgia, mengingat kenangan2 kita 4 tahub terakhir. Sejak kau pulang untuk pertama kali, ke pantai mana kita saat kau pulang yang kedua kali, hingga saat hubungan kita terbongkar oleh mamaku.

hari ini, aku senang. Sangat senang bisa beberapa jam bersamamu, mendengar tawamu dan mendapat sapuan lembut di pipiku sebelum aku pamit pulang. Terima kasih untuk hari lalu, hari ini dan hari esok, kamuku..