Jumat, 17 Juni 2011 @ 16.22.00  6 stares
siapa yang tak mau menjadi nomor satu? semua orang ingin menjadi nomor satu. orang yang tak mau menjadi si nomor satu bisa dikatakan munafik. ya , itu lumrah , wajar dan semua orang berhak berpikiran ataupun berobsesi seperti itu. begitu pula denganku.

aku ingin menjadi si nomor satu. aku ingin selalu menjadi si nomor satu. dan terbukti, aku merupakan anak pertama. aku yang pertama mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuaku. aku yang pertama mendapatkan kasih sayang dari saudara - saudara ayahku, dan aku menjadi yang pertama untuk mendapatkan kasih sayang dari eyangku. itu semua aku yang pertama. karena aku si nomor satu.

aku si nomor satu. menjadi murid di sekolah dasar nomor satu di kotaku. aku si nomor satu menjadi murid di sekolah menengah pertama nomor satu. 

namun, tidak untuk sekolah menengah atasku. aku bukan lagi si nomor satu. aku menjadi nomor dua. di sekolah nomor dua yang aku singgahi di kota kelahiranku. namun bagiku, itu merupakan sekolah nomor satu. dan seperti yang sudah sudah, aku menjadi si nomor satu. nomor presensiku nomor satu. dan semester satu kemarin aku yang menjadi nomor satu. 

"aku bahagia saat aku menjadi nomor satu, namun aku sedih saat aku harus menjadi nomor dua oleh nomor satu yang lain"

ya. aku bertemu dengan si nomor satu yang lain. di sekolah aku menjumpai mereka si nomor satu dari setiap kelas. bahkan ada seorang teman yang memang si nomor satu sejati bagiku. 

walau dia bukan si nomor satu dikeluarganya, namun ia menjadi si nomor satu di lingkungannya. 
ia seorang gadis berkerudung yang menjadi nomor satu di kelas pertama. juara yang ia raih selalu menduduki peringkat pertama. dan perhatian orang lain kepadanya selalu yang menjadi utama. hingga membuat kadang iri. mengapa aku tak mampu seperti dirinya? padahal aku juga si nomor satu. apakah memang seperti ini hidupku? aku bukanlah si nomor satu sejati yang seperti selama ini aku impikan dan inginkan

saat aku mengenalnya, aku bahagia karena mampu menjadi teman si nomor satu sejati. namun, saat aku mulai mengenalnya lebih dekat, aku mulai mmemberikan rasa iri padanya. karena nomor satunya. semua karena nomor satu yang ia punya.

beberapa waktu yang lalu kami dicalonkan sekolah untuk mengikuti suatu seleksi yang diadakan oleh provider seluler. aku tersenyum riang saat mengisi formulir yang ada didepanku. setelah selesai, kuperhatikan dia yang masih sibuk mengisi formulirnya dan menyantumkan berbagai kejuaraan yang pernah ia dapat di atas kertas itu. banyak. dan membuatku iri. 

beberapa hari kemudian, dia mengabarkan padaku bahwa dia lolos dalam seleksi tersebut. ya, karena dia si nomor satu sejati, pikirku. 

aku merenung tentang nomor satu yang ada dalam diriku. aku hanya nomor satu dalam lingkunganku sendiri. saat aku mencoba untuk memberikan nomor satu pada diriku dan agar orang dapat mengetahuiku karena aku si nomor satu, aku tak bisa. tak bisa meraih nomor satu itu. berbagai lomba yang aku minat, selalu tak memberiku sebuah nomor satu yang aku impikan.

aku jadi sebal melihatnya yang selalu menjadi nomor satu. tapi, aku berpikir dan berujar padanya. "kau memang ditakdirkan untuk menjadi si nomor satu" dia hanya mengamini perkataanku dan tersenyum. 

aku si nomor satu bukanlah nomor satu yang dulu. aku mulai mengerti, aku tak selamanya menjadi si nomor satu. karena di dunia ini, jauh diluar sana ada banyak nomor satu yang belum aku temui. kini, aku temui jawabannya. aku memang bukanlah si nomor satu sejati, namun suatu saat akan kubuat si nomor satu yang jauh lebih hebat dibandingkan si nomor satu yang ada dengan cara dan jalanku sendiri. 

dan karena, aku ingin menjadi si nomor dua, tiga, empat atau lima atau bahkan nomor terakhir yang dimana aku akan mencoba memberikan perubahan dan cara berpikir orang - orang, bahwa si nomor satu tidak selalu menang.

kunjungi blog lain saya di cuap cuapku dan kunjungi toko online saya di my online shop :)

Label: ,